Pentingnya Perawatan Gigi Pada (Calon) Ibu Hamil

<div style="text-align: justify;"> <div style="text-align: center;"> <img height="267" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4DJDdZyfTQA9mQHhlpCBwgtz1-7mTQthIt8ZUQDdRbwx69VOf7pCZ2Y0i7GxSRFypKef6hdLdz-ZxBmkbev0J9IKNEUgCJ_vQ7vJqfxcBj8unNqNjY2xOP39MEdeU4Pmc8AE43A/s400/dentist-jpg_055823.jpg" width="400" /></div> <div style="text-align: center;"> <br /></div> Anda berencana segera hamil dalam waktu dekat? Hmmm, sebaiknya cek ke dokter gigi, apakah semuanya baik-baik saja. Jika ada gangguan, biar dapat segera tertangani dan tak menjadi ganjalan pada masa kehamilan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /> Pasalnya, ibu hamil yang mengalami sakit gigi kronis atau berat berisiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) karena pertumbuhannya terganggu, demikian menurut Heather Jaret, dari University of North Carolina di Chapel Hill, Amerika Serikat dalam presentasinya di Asosiasi Internasional untuk penelitian gigi. Sementara Dr. Steven Offenbacher, Direktur Center of Oral and Systemic Diseases di Universitas yang sama menjelaskan bahwa risiko tersebut sama kuatnya dengan risiko akibat merokok atau pemakaian alkohol.<br /> <br /> Para ahli mencari hubungan antara penyaki di gusi dengan bayi beral lahir rendah, dengan melihat kejadian selama 5-6 tahun belakangan. Penelitian dilakukan dengan memeriksa kesehatan gigi dan mulut pada 850 wanita hamil, dengan usia dua puluh tahunan, sebelum usia kehamilan 26 minggu. Setelah itu diperiksa kembali dalam waktu 48 jam setelah persalinan.<br /> <br /> <blockquote class="tr_bq"> Penelitian ini juga memperhitungkan kontrol dan berbagai risiko, seperti umur, status merokoknya serta persalinan dini yang pernah dialami sebelumnya.</blockquote> <br /> Penelitian itu menemukan bahwa peningkatan risiko dari bayi berat lahir rendah dan hambatan pertumbuhan janin terlihat kurang jika gangguan di gigi dan gusi memang ringan. Risiko itu menjadi signifikan jika penyakit giginya lebih berat.<br /> <br /> Hubungan langsung antara penyakit gusi dan gigi mempengaruhi bayi memang belum diketahui dengan jelas, namun diperkirakan hal ini berhubungan dengan adanya respons terhadap bengkaknya gusi. Juga belum ada penelitian untuk membuktikan bahwa perawatan penyakit pada gusi dapat mengurangi efek negatif pada janin. Sekalipun begitu, dengan penelitian ini sebaiknya kita lebih memperhatikan kesehatan mulut dan gigi selama kehamilan berlangsung.<br /> <br /> Nah, jangan sepelekan keluhan gigi, sekalipun ’hanya’ gigi yang terasa nyeri atau berlubang...</div>

Pentingnya Perawatan Gigi Pada (Calon) Ibu Hamil

Anda berencana segera hamil dalam waktu dekat? Hmmm, sebaiknya cek ke dokter gigi, apakah semuanya baik-baik saja. Jika ada gangguan, biar dapat segera tertangani dan tak menjadi ganjalan pada masa k…

Read more »

Aneka Resep Obat Tradisional Asli Indonesia

<div style="text-align: justify;"> <div style="text-align: center;"> <img height="249" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxNE8zv53JiDYHQ1Wr3KUgDe2Ic9ezVSAg195IcZAmyRvx70J9KWlo8giqS2F0aWH3j2UQJjcJOV9SaynOJ1W50QUnmLY6ArDlAauLwCBTWwvDCrmM_9NjgkCbjmb2WlI7M-aJ/s400/c.jpeg" width="400" /></div> <br /> * Penurun panas, batuk, dan pilek<br /> Parut bawang merah, tambahkan minyak telon, lalu balurkan pada punggung sampai bagian pantat sambil sedikit diurut. Juga pusar dan ubun-ubun. Untuk ramuan minum: air kelapa satu cangkir ditambah 1 sendok teh madu, aduk, lalu kukus. Setelah dingin, berikan pada anak sebanyak 3 sendok teh setiap 2 jam sekali. Ramuan ini diberikan untuk bayi 8 bulan ke atas. Bila usia anak di bawah 8 bulan, cukup dengan pemberian ASI atau ibunya yang minum ramuan tersebut.<br /> <br /> Pada anak yang agak besar, gunakan ramuan minum berupa air kunyit dan madu. Setengah sampai satu ruas jari kunyit yang sudah bersih dibakar, dikerik kulitnya, diparut, lalu diberi air matang 1/2 cangkir, peras, kemudian diendapkan. Campur bagian air kunyit yang tanpa endapan dengan kocokan 1 butir kuning telur dan 1 sendok makan madu, kemudian disuapkan pada anak. Ramuan ini bisa untuk penurun panas seperti pada sakit cacar air, flu, atau apa saja.<br /> <br /> * Perut kembung<br /> Parut bawang merah dan tambahkan minyak telon. Kemudian tapelkan bawang yang sudah diparut tersebut di bagian pusar. Bisa juga, gunakan daun jarak pagar yang dihangatkan. Olesi dengan minyak kelapa, pilin-pilin, lalu tempelkan pada pusar si kecil.<br /> <br /> * Diare<br /> Sediakan 1/2 jari kunyit yang sudah bersih dibakar, dipotong-potong, 7 pucuk daun jambu biji, air 2 gelas, dan garam 1/4 sendok teh, rebus dengan api kecil. Minum airnya, 1 sendok teh satu jam sekali. Untuk mengusir gas, maka pusarnya ditapeli dengan parutan bawang merah yang sudah diberi minyak telon. Untuk anak yang sudah agak besar, boleh juga dengan mengunyah halus pucuk daun jambu klutuk yang sudah bersih ditambah garam lalu ditelan.<br /> <br /> * Muntah-muntah<br /> Muntah bisa disebabkan perut mual atau kembung. Sediakan 1/2 sendok teh ketumbar, 3 butir kapulaga, 5 butir adas hitam, dan air setengah gelas. Kemudian direbus. Setelah dingin, berikan ke anak sedikit-sedikit, sesering mungkin atau 2 jam sekali.<br /> Boleh juga dibuatkan air beras kencur. Caranya, cuci 1 sendok makan beras dan direndam sebentar. Sangrai beras tersebut sampai berwarna kecokelatan, lalu ditumbuk halus bersama dengan 1 ruas jari kencur, 1 ruas jari kunyit, dan 1/4 sendok teh adas manis. Setelah itu diseduh dengan air panas, tambahkan gula merah, sedikit garam, dan asam jawa. Saring, lalu diminumkan pada anak agar tubuhnya hangat.<br /> <br /> * Batuk<br /> Sediakan air jeruk nipis 1 sendok makan ditambah madu 2 sendok makan dan air matang 2 sendok makan. Masukkan dalam cangkir dan kukus. Setelah agak dingin, minumkan pada anak sebanyak 1-2 sendok teh. Berikan sehari 5 kali.<br /> <br /> * Batuk seratus hari<br /> Sediakan umbi bidara upas sebesar 1/2 jempol yang sudah bersih, parut dan seduh dengan air panas, lalu aduk-aduk dan dinginkan. Saring dan tambahkan sedikit madu. Minum sampai habis. Buatlah ramuan ini 3 kali sehari. Bisa juga gunakan ramuan lidah buaya. Lidah buaya dikupas kulitnya dan ambil bagian dagingnya sebanyak dua jari, kemudian dicacah. Tambahkan air hangat dan madu, lalu diminumkan pada anak 1-2 kali sehari.<br /> <br /> * Batuk karena angin atau dahak susah keluar<br /> Sediakan 1 butir bawang merah diparut, 1 ruas jari jahe diparut dan diperas airnya, 7 butir adas manis, 1 ruas jari kunyit diparut dan diperas airnya, 1 sendok makan air jeruk nipis, dan 1/2 gelas air. Masukkan semua bahan di cangkir, kemudian kukus dan setelah itu saring. Minum 3 kali sehari masing-masing 2 sendok teh.<br /> <br /> * Batuk berlendir<br /> Campurkan air jahe 1 sendok makan, air kunyit 1 sendok makan, bawang putih 1 siung diparut, air jeruk nipis 1 sendok makan, madu 1 sendok makan, dan 3 sendok makan air matang, kemudian dikukus. Diminumkan 3-4 kali sehari 2 sendok teh.<br /> <br /> * Pilek<br /> Siapkan bawang merah yang diparut, lalu tapelkan pada tulang leher ketujuh (bagian tengkuk) dan ubun-ubun anak setelah sebelumnya diolesi minyak kayu putih. Beri juga minuman yang hangat-hangat, seperti minuman beras kencur. Selain itu, jemur anak di bawah sinar matahari pagi sekitar jam 7 atau di bawah jam 9 pagi. Panaskan bagian dada seperempat jam dan kemudian punggung seperempat jam. Ini bisa dilakukan sambil jalan-jalan pagi.<br /> <br /> * Mata bintitan<br /> Ambil getah dari batang tanaman patikan kebo atau getah dari batang pohon meniran. Tempelkan sedikit pada kapas, lalu oleskan pada bagian bintitnya, sedikit saja, jangan sampai terkena mata.<br /> <br /> * Mata merah<br /> Taruh 3 lembar daun sirih yang sudah dicuci bersih pada wadah mangkok. Seduh dengan air panas. Setelah airnya dingin, minta anak untuk mengedip-ngedipkan matanya dalam air tersebut.<br /> <br /> * Sariawan<br /> Ambil sebuah tomat matang, seduh dengan air panas dan kupas kulitnya. Haluskan tomat tersebut dengan menggunakan sendok, saring dan tambahkan sedikit gula. Beri anak minumam sari tomat tersebut.<br /> <br /> * Tak nafsu makan<br /> Menurut Endah, hilangnya nafu makan dapat disebabkan cacingan atau hal lain seperti masuk angin. Cara mengatasinya, bersihkan 1 lembar daun jarak pagar, setelah itu hangatkan sebentar di atas tutup panci. Beri olesan minyak kelapa pada daun tersebut dan dipilin, kemudian tempelkan daun tersebut di atas pusar anak, yang sebelumnya sudah diolesi dengan minyak telon.<br /> <br /> Bila usia anak sudah lebih dari setahun, coba berikan ramuan 1 telapak tangan daun pepaya, 1 ruas jari temu hitam/temu ireng, seruas jari tempe bosok (tempe kemarin), dan sedikit garam. Semua bahan ditumbuk halus, lalu peras pakai kain dan masukkan ke mulut anak. "Khasiat temu hitam untuk mengeluarkan cacing, sedangkan daun pepaya untuk menambah nafsu makannya, dan tempe bosok untuk stamina atau kekuatan tubuhnya.<br /> <br /> Untuk menambah nafsu makan anak bisa juga dengan ramuan: 1 ruas jari temulawak, gula merah, air secukupnya, dan sedikit garam, kemudian rebus dan saring. Minumkan pada anak 1-2 sendok makan sehari<br /> <br /> * Mimisan<br /> Selembar daun sirih yang sudah dicuci bersih dipilin dan disumpalkan ke hidung anak. Untuk pengobatan dari dalam tubuh lakukan dengan ramuan: 1/2 jempol umbi bidara upas yang sudah bersih diparut dan diseduh dengan 1 cangkir air panas, kemudian disaring, dan setelah dingin diminumkan ke anak ditambah sedikit madu.<br /> <br /> * Benjol karena benturan<br /> Rendam 1 sendok makan beras. Tumbuk bersama kencur dan beri sedikit garam. Setelah halus, tempelkan ke bagian yang benjol.<br /> <br /> Bisa juga diberi ramuan: bawang putih diparut dan diberi ramuan: bawang putih diparut dan diberi madu, setelah itu dioleskan ke bagian yang benjol.<br /> <br /> * Keringat buntet<br /> Sesering mungkin dibedaki tepung kanji.<br /> <br /> * Congekan<br /> Cuci bersih 3 lembar daun miana atau 7 lembar daun samiloto segar atau lengkuas merah muda, lalu tumbuk halus. Peras pakai kain bersih dan teteskan air perasannya ke telinga. Lakukan dua kali sehari, masing-masing 3 tetes.<br /> <br /> * Panu<br /> Dua jari langkuas merah diparut dan diberi sedikit cuka, oles-oleskan pagi dan sore atau malam hari pada bagian tubuh yang berpanu tersebut.<br /> <br /> * Koreng atau borok kepala<br /> Batang brotowali dipotong-potong sebanyak 5 jari. Rebus dengan sedikit air, oleskan pada bagian kepala.<br /> <br /> Bisa juga diberi ramuan: daun brotowali, parutan kunyit dan sedikit garam ditumbuk halus. Oleskan ke kepala. Boleh juga hanya dengan kunyit saja.<br /> <br /> * Sakit gigi<br /> Bawang putih diparut, ditambah sedikit garam, kemudian sumpal ke gigi yang sakit karena berlubang.<br /> <br /> * Digigit nyamuk<br /> Hilangkan bekas gigitannya dengan tanaman sambiloto yang diremas-remas dan dioleskan ke bagian bekas gigitan tersebut. Kalau tak ada sambiloto bisa digunakan minyak sereh.<br /> <br /> * Asma<br /> Sepuluh siung bawang putih diparut, ditambah madu 1 gelas, kemudian dikukus. Berikan pada anak sebanyak 1 sendok teh, dua kali sehari. Bisa juga, 10 siung bawang putih diparut, 1 ons gula batu, direbus bersama 1 gelas air.<br /> <br /> * Luka-luka berdarah<br /> Cuci bersih daun jambu biji atau daun bandotan, kemudian remas-remas. Tapelkan pada luka tersebut. Darah akan berhenti segera.<br /> <br /> * Keracunan<br /> Minum air kelapa hijau muda 3 kali sehari 1/4 gelas.<br /> <br /> * Biduran atau kaligata<br /> Balurkan tubuh dengan minyak telon, minyak kayu putih atau minyak tawon. Untuk ramuan minum: 1 jari temulawak dipotong-potong, beri sedikit gula merah, dan garam direbus dengan 1 gelas air. Saring dan bila sudah dingin diminumkan 3 kali sehari 1/4 gelas.<br /> <br /> <b>Dedeh Kurniasih</b></div>

Aneka Resep Obat Tradisional Asli Indonesia

* Penurun panas, batuk, dan pilek Parut bawang merah, tambahkan minyak telon, lalu balurkan pada punggung sampai bagian pantat sambil sedikit diurut. Juga pusar dan ubun-ubun. Untuk ramuan minum: air…

Read more »

Penyakit PANU

<div style="text-align: justify;"> <div style="text-align: center;"> <img height="327" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqP_EMSuxVF9pLLcMqPfJQehY4xbo0za_6snSh-Ol3f4FXrw4wlul_JDJ569d2GvORmXExPIntrdEsNpWHOlQwls5W51cmu5D6yp4CM07unZorKcIHRSwkPx-tYw8m57bs-JQW/s400/Mengobati+Penyakit+Panu.jpg" width="400" /></div> <br /> Banyak orang beranggapan bahwa penyakit panu atau kurap sekadar masalah kosmetik. Pernah menikmati <a href="http://koeaingpisan.blogspot.com/2006/08/passer-kaget-teroes.html">tempe</a> atau tapai? Di masyarakat Indonesia kedua makanan ini sangat akrab sebagai hidangan di atas meja. Makanan dari kedua jenis bahan itu cukup lunak dan nikmat ketika dimakan. Ini tentu berbeda bila kita menyantap bahan bakunya. Tidak lunak, bukan?</div> <br /> <div style="text-align: justify;"> Kenikmatan rasa tempe, tapai, roti, oncom, dan masih banyak jenis makanan yang lainnya itu dihasilkan dari proses fermentasi jamur. Kehadiran jamur dimanfaatkan untuk hal lain, seperti untuk melengkapi sayuran dan lauk-pauk bagi keluarga, dan untuk menghasilkan obat antibiotik.<br /> <br /> Di dunia diperkirakan terdapat 100 ribuan jenis jamur. Tergolong ke dalam kelompok fungi, jamur bisa saja terdiri atas satu sel yang besarnya beberapa mikrometer, atau dapat juga membentuk tubuh buah yang besarnya mencapai satu meter. Sel-selnya tersusun berderet satu per satu dan membentuk hifa atau benang-benang (filamen). Alat perkembangbiakannya berupa spora.<br /> <br /> Karena tak punya hijau daun, jamur menjadi makhluk konsumen dan sangat bergantung pada medium yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan persenyawaan kimia lainnya. Semua itu didapatkannya dengan cara menyerap unsur yang dibutuhkan dari lingkungan hidupnya melalui sistem hifa.<br /> <br /> Selain bisa melakukan fermentasi medium karbohidrat menjadi gula, jamur pun juga sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan jamur, sampah dan bangkai makhluk hidup lainnya bisa terurai. Namun, seringkali jamur juga dapat menguraikan bahan yang diperlukan manusia sehingga bisa mendatangkan kerugian. Pembusukan pada makanan dan pelapukan pada kayu cukup merepotkan manusia. Tak hanya itu, jamur bisa beracun dan menyebabkan penyakit tertentu.<br /> <br /> <span style="font-weight: bold;">Jamur pada manusia</span><br /> Jamur memang sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia. Sedemikian eratnya sehingga manusia tak terlepas dari jamur. Jenis fungi-fungian ini bisa hidup dan tumbuh di mana saja, baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia sendiri.<br /> <br /> <span style="font-style: italic;">''Jelasnya, di mana pun jamur bisa hidup, terutama di lingkungan yang cocok baginya berkembang biak. Manusia itu termasuk salah satu tempat bagi jamur untuk tumbuh, di samping bakteri dan virus,''</span> jelas pakar kesehatan kulit dan kelamin, Dr Kusmarinah Bramono dari FKUI (RSUPN-Cipto Mangunkusumo) dalam pemaparan tentang jamur di Jakarta, beberapa waktu lalu.<br /> <br /> Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit tersebut antara lain mikosis yang menyerang langsung pada kulit, mikotoksitosis akibat mengonsumsi toksin dari jamur yang ada dalam produk makanan, dan misetismus yang disebabkan oleh konsumsi jamur beracun.<br /> <br /> Pada manusia jamur hidup pada lapisan tanduk. Jamur itu kemudian melepaskan toksin yang bisa menimbulkan peradangan dan iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya bisa berupa bercak-bercak warna putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk simetris. Ada pula infeksi yang berbentuk lapisan-lapisan sisik pada kulit. Itu tergantung pada jenis jamur yang menyerang.<br /> <br /> Menurut Jimmy Sutomo dari perusahaan Janssen-Cilag, sebagai negara tropis Indonesia menjadi lahan subur tumbuhnya jamur. Karena itu, penyakit-penyakit akibat jamur sering kali menjangkiti masyarakat.<br /> <br /> ''Kita lihat, banyak masyarakat tak menyadari bahwa dirinya terinfeksi oleh jamur. Bahkan, jamur bisa mengenai manusia dari kepala hingga ujung kaki, dari bayi hingga orang dewasa dan orang lanjut usia,'' ujar Jimmy. Janssen-Cilag merupakan perusahaan farmasi yang memimpin pasaran dengan obat antijamur yang mengandung miconazole nitrate dua persen.<br /> <br /> Jimmy menjelaskan, banyak orang meremehkan penyakit karena jamur, seperti panu atau kurap. Padahal, penyakit ini bisa menular lewat persentuhan kulit, atau juga dari pakaian yang terkontaminasi spora jamur. Banyak anggapan, katanya, penyakit panu atau kurap sekadar masalah kosmetik.<br /> <br /> Anggapan ini dibenarkan Kusmarinah. ''Kami sering menangani pasien karena jamur. Mereka baru datang ke dokter kalau sudah merasakan gangguan kosmetik yang parah akibat infeksi jamur. Sebelumnya, mereka tak begitu memperhatikan penyakit ini.''<br /> <br /> Pengobatan<br /> Seharusnya, lanjut ahli kulit dari FKUI itu, masyarakat perlu memperhatikan kebersihan diri dan menjaga kekebalan tubuhnya bila ingin terhindar dari infeksi jamur. Bahaya infeksi jamur tak sekadar menyebabkan panu atau kurap saja, tapi juga bisa menyebakan kematian bila infeksinya meluas dan bahkan masuk ke organ dalam tubuh.<br /> <br /> Karena itu, bila mendapati dirinya terkena infeksi jamur maka seseorang itu perlu segera diobati. Pengobatan yang dilakukan biasanya dengan antijamur. Lamanya pengobatan tergantung pada tingkat infeksi yang terjadi. ''Pengobatan diusahakan dilakukan sampai penyakit hilang dan sembuh benar. Kami pun harus memilih jenis obat antijamur yang efektif membasmi jamur dengan efek samping yang minimal,'' sambung Kusmarinah.<br /> <br /> Dia mengemukakan, ada jenis obat yang bersifat iritan. Maksudnya, cara kerja obat tersebut memapas jamur dengan mengikis permukaan yang terkena jamur tiap lapisan. Biasanya obat ini memerlukan waktu 1-4 minggu untuk jenis panu atau kurap. Tapi, kondisi inipun tergantung pada tingkat keparahannya. Jenis obat lainnya bersifat fungisida. Ini lebih mengarahkan sasaran pada jamur itu sendiri tanpa mengiritasi kulit.<br /> <br /> Kusmarinah dan Jimmy mengakui, banyak produk farmasi khusus untuk obat jamur kulit yang dijual bebas di pasaran. Umumnya masyarakat pun melakukan self medication atau pengobatan sendiri dengan membeli obat antijamur yang bebas itu. <span style="font-style: italic;">''Bisa-bisa saja penderita melakukannya. Hanya saja, asal tahu jelas jenis infeksi jamur yang dideritanya. Namun, saya sering menemukan, masyarakat salah menggunakannya. Mereka biasanya berlebihan dalam menggunakan obat. Akibatnya, ketika kami diagnosis sulit bagi kami untuk melihat gejalanya,'' </span>demikian Kusmarinah merincinya.<br /> <br /> Itu juga karena persoalan informasi yang tak sampai pada masyarakat pengguna produk. ''Untuk informasi produk seharusnya disampaikan oleh ahli farmasi. Di negara kita, fungsi ini tak berjalan,'' cetus Jimmy.<br /> <br /> Maka, masyarakat diharapkan berhati-hati dalam menggunakan obat. Sebab, infeksi jamur tak bisa dianggap enteng dan tak selalu bisa diatasi dengan pengobatan sendiri. Apalagi, dari seluruh penyakit kulit yang ditemui, masalah infeksi jamur ternyata tergolong cukup tinggi. Dengan demikian, masyarakat diharapkan meminta saran pengobatan kepada dokter dan melakukan pencegahan terhadap infeksi jamur.<br /> <br /> <span style="font-weight: bold;">Kenali Jenis Infeksi Jamur Kulit</span><br /> * Panu (pitiriasis versikolor): menyerang kulit, bercak putih, merah, atau hitam.<br /> * Kurap (dermatofitosis) yang terdiri atas Tinea Apitis menyerang kulit kepala, Tinea Korporis pada permukaan kulit, Tinea Kruris pada lipatan kulit, Tinea Pedis pada sela jari kaki (athlete's foot), Tinea Manus pada kulit telapak tangan, Tinea Imbrikata berupa sisik pada kulit di daerah tertentu, dan Tinea Ungium (pada kuku). Umumnya berbentuk sisik kemerahan pada kulit atau sisik putih. Pada kuku, terjadi peradangan di sekitar kuku, dan bisa menyebabkan bentuk kuku tak rata permukaannya, berwarna kusam, atau membiru.<br /> <br /> * Ketombe (Pitiriasis Sika).<br /> * Infeksi Kandida (kandidosis) pada lipatan kulit, sela jari, sela paha, ketiak, bawah payudara, mulut (sariawan), genetalia (keputihan), dan ruam popok.<br /> <br /> <span style="font-weight: bold;">Faktor-faktor Pencetus Infeksi</span><br /> - Lembab dan panas dari lingkungan, dari pakaian ketat, dan pakaian tak menyerap keringat.<br /> - Keringat berlebihan karena berolahraga atau karena kegemukan.<br /> - Friksi atau trauma minor, misalnya gesekan pada paha orang gemuk.<br /> - Keseimbangan flora tubuh normal terganggu, antara lain karena pemakaian antibiotik, atau hormonal dalam jangka panjang.<br /> - Penyakit tertentu, misalnya HIV/AIDS, dan diabetes.<br /> - Kehamilan dan menstruasi. Kedua kondisi ini terjadi karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh sehingga rentan terhadap jamur.<br /> <br /> <span style="font-weight: bold;">Cara Memastikan Penyakit Jamur</span><br /> - Pemeriksaan tampilan secara klinis.<br /> - Pemeriksaan dengan bantuan sinar lampu Wood (UV), kerokan kulit, mukosa, kuku untuk pemeriksaan mikroskopik, dan pemeriksaan biakan untuk mengetahui jenis jamurnya.wed<br /> <br /> <span style="font-style: italic;">Sumber : Republika Online - Selasa, 25 Mei 2004 - Penulis : wed</span></div>

Penyakit PANU

Banyak orang beranggapan bahwa penyakit panu atau kurap sekadar masalah kosmetik. Pernah menikmati tempe atau tapai? Di masyarakat Indonesia kedua makanan ini sangat akrab sebagai hidangan di atas me…

Read more »

Jadwal Imunisasi

<div style="text-align: center;"> <span style="color: black; font-family: Arial;"><img height="400" src="https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSX4k0HC2OHlyzjyRmB-Ap1c9RAchB-T0Ke1k-i68EXpdWUj80r" width="387" /></span></div> <span style="color: black; font-family: Arial;"><b><span style="font-size: 100%;"><br /></span></b></span> <span style="color: black; font-family: Arial;"><b><span style="font-size: 100%;">Jadwal Imunisasi</span><br /> <br /> Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Periode 2004* <span style="font-size: 78%;">(* Revisi September 2003)</span></b></span> <br /> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" style="color: black;"> <tbody> <tr> <td align="center" bg="" border="" rowspan="3" style="color: #66ccff;" width="15%"><div style="background-color: #66ccff;"> <b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Vaksin</span></b></div> </td> <td align="center" bg="" border="" colspan="17" style="color: #66ccff;" width="85%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Umur pemberian Imunisasi</span></b></td> </tr> <tr> <td align="center" bg="" border="" colspan="11" style="color: #333399;" width="60%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Bulan</span></b></td> <td align="center" bg="" border="" colspan="6" style="color: #ccffff;" width="25%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Tahun</span></b></td> </tr> <tr> <td align="center" bg="" border="" style="color: #333399;" width="10%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Lhr</span></b></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #333399;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">1</span></b></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #333399;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">2</span></b></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #333399;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">3</span></b></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #333399;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">4</span></b></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #333399;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">5</span></b></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #333399;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">6</span></b></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #333399;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">9</span></b></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #333399;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">12</span></b></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #333399;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">15</span></b></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #333399;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">18</span></b></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #ccffff;" width="4%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">2</span></b></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #ccffff;" width="4%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">3</span></b></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #ccffff;" width="4%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">5</span></b></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #ccffff;" width="4%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">6</span></b></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #ccffff;" width="4%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">10</span></b></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #ccffff;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">12</span></b></td> </tr> <tr> <td border="" colspan="18" style="color: black;" width="100%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;"> Program Pengembangan Imunisasi (PPI, diwajibkan)</span></b></td> </tr> <tr> <td bg="" border="" style="color: #ffcc66;" width="15%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;"> BCG</span></b></td> <td bg="" border="" style="color: #ffcc66;" width="10%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td bgcolor="#ffcc66" bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bgcolor="#ffcc66" bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td border="" style="color: black;" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td border="" style="color: black;" width="4%"></td> <td border="" style="color: black;" width="4%"></td> <td border="" style="color: black;" width="4%"></td> <td border="" style="color: black;" width="4%"></td> <td bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> </tr> <tr> <td bg="" border="" style="color: #ffff66;" width="15%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;"> Hepatitis B</span></b></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #ffff66;" width="10%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">1</span></b></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #ffff66;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">2</span></b></td> <td align="center" border="" style="color: black;" width="5%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td align="center" border="" style="color: black;" width="5%"></td> <td align="center" border="" style="color: black;" width="5%"></td> <td align="center" border="" style="color: black;" width="5%"></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #ffff66;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">3</span></b></td> <td align="center" border="" style="color: black;" width="5%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> </tr> <tr> <td bg="" border="" style="color: #ff9900;" width="15%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;"> Polio</span></b></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #ff9900;" width="10%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">0</span></b></td> <td align="center" border="" style="color: black;" width="5%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #ff9900;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">1</span></b></td> <td align="center" border="" style="color: black;" width="5%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #ff9900;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">2</span></b></td> <td align="center" border="" style="color: black;" width="5%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #ff9900;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">3</span></b></td> <td align="center" border="" style="color: black;" width="5%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td align="center" border="" style="color: black;" width="5%"></td> <td align="center" border="" style="color: black;" width="5%"></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #ff9900;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">4</span></b></td> <td align="center" border="" style="color: black;" width="4%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td align="center" border="" style="color: black;" width="4%"></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #ff9900;" width="4%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">5</span></b></td> <td align="center" border="" style="color: black;" width="4%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> </tr> <tr> <td bg="" border="" style="color: #cc6600;" width="15%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;"> DTP</span></b></td> <td border="" style="color: black;" width="10%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #cc6600;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">1</span></b></td> <td align="center" border="" style="color: black;" width="5%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #cc6600;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">2</span></b></td> <td align="center" border="" style="color: black;" width="5%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #cc6600;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">3</span></b></td> <td align="center" border="" style="color: black;" width="5%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td align="center" border="" style="color: black;" width="5%"></td> <td align="center" border="" style="color: black;" width="5%"></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #cc6600;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">4</span></b></td> <td align="center" bordercolor="#000000" width="4%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td align="center" bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #cc6600;" width="4%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">5</span></b></td> <td bordercolor="#000000" width="4%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td bg="" border="" style="color: #ff9900;" width="5%"><div align="center"> <b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">6 dT atau TT</span></b></div> </td> </tr> <tr> <td bg="" border="" style="color: #009933;" width="15%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;"> Campak</span></b></td> <td border="" style="color: black;" width="10%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bg="" border="" style="color: #009933;" width="5%"><div align="center"> <b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">1</span></b></div> </td> <td bordercolor="#000000" width="5%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td bg="" border="" style="color: #009933;" width="4%"><div align="center"> <b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">2</span></b></div> </td> <td bordercolor="#000000" width="4%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> </tr> <tr> <td border="" colspan="18" style="color: black;" width="100%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;"> Program Pengembangan Imunisasi Non PPI (Non PPI, dianjurkan)</span></b></td> </tr> <tr> <td bg="" border="" style="color: #cc3300;" width="15%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;"> Hib </span></b></td> <td bordercolor="#000000" width="10%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #cc3300;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">1</span></b></td> <td align="center" bordercolor="#000000" width="5%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #cc3300;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">2</span></b></td> <td align="center" bordercolor="#000000" width="5%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #cc3300;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">3</span></b></td> <td align="center" bordercolor="#000000" width="5%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td align="center" bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td align="center" bg="" border="" colspan="2" style="color: #cc3300;" width="10%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">4</span></b></td> <td bordercolor="#000000" width="4%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> </tr> <tr> <td bg="" border="" style="color: #006600;" width="15%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;"> MMR </span></b></td> <td bordercolor="#000000" width="10%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #006600;" width="5%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">1</span></b></td> <td align="center" bordercolor="#000000" width="5%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td align="center" bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td align="center" bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td align="center" bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td align="center" bg="" border="" style="color: #006600;" width="4%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">2</span></b></td> <td bordercolor="#000000" width="4%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> </tr> <tr> <td bg="" border="" style="color: #33cc33;" width="15%"><b><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: Arial;"> </span><span style="font-family: Arial;"> Tifoid</span></span></b></td> <td bordercolor="#000000" width="10%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td align="center" bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td align="center" bordercolor="#000000" width="5%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td align="center" bg="" border="" colspan="6" style="color: #33cc33;" width="25%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Ulangan, tiap 3 tahun</span></b><span style="font-size: 85%;"> </span></td> </tr> <tr> <td bg="" border="" style="color: #00cc66;" width="15%"><b><span style="font-size: 85%;"><span style="font-family: Arial;"> </span><span style="font-family: Arial;">Hepatitis A</span></span></b></td> <td bordercolor="#000000" width="10%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td align="center" bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td align="center" bordercolor="#000000" width="5%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td align="center" bg="" border="" colspan="6" style="color: #00cc66;" width="25%"><span style="font-size: 85%;"><b><span style="font-family: Arial;">Diberikan 2x, interval<br /> 6 - 12bl</span></b> </span></td> </tr> <tr> <td bg="" border="" style="color: #99ccff;" width="15%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;"> Varisela </span></b></td> <td bordercolor="#000000" width="10%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td align="center" bordercolor="#000000" width="5%"></td> <td align="center" bordercolor="#000000" width="5%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> <td align="center" bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td align="center" bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td align="center" bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td align="center" bordercolor="#000000" width="4%"></td> <td bg="" border="" colspan="2" style="color: #99ccff;" width="9%"><span style="font-size: 85%;"> </span></td> </tr> </tbody> </table> <div style="color: black;"> <span style="font-family: Arial;"><b><br /> Keterangan Jadwal Imunisasi IDAI, Periode 2004</b></span></div> <table border="" cellpadding="2" style="color: black;"> <tbody> <tr> <td align="center" bg="" style="color: #99ccff;" valign="top" width="9%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Umur</span></b></td> <td align="center" bg="" style="color: #99ccff;" valign="top" width="11%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Vaksin</span></b></td> <td align="center" bg="" style="color: #99ccff;" valign="top" width="80%"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Keterangan</span></b></td> </tr> <tr> <td valign="top" width="9%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Saat lahir</span></td> <td valign="top" width="11%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Hepatitis B-1<br /> <br /> <br /> <br /> <br /> Polio-0</span></td> <td valign="top" width="80%"><ul> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.</span> </li> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain).</span></li> </ul> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="9%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">1 bulan</span></td> <td valign="top" width="11%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Hepatitis B-2</span></td> <td valign="top" width="80%"><ul> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.</span></li> </ul> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="9%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">0-2 bulan</span></td> <td valign="top" width="11%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">BCG</span></td> <td valign="top" width="80%"><ul> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada umur >3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.</span></li> </ul> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="9%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">2 bulan</span></td> <td valign="top" width="11%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">DTP-1<br /> <br /> Hib-1<br /> <br /> Polio-1</span></td> <td valign="top" width="80%"><ul> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)</span> </li> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1.</span> </li> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1 </span></li> </ul> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="9%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">4 bulan</span></td> <td valign="top" width="11%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">DTP-2<br /> Hib-2<br /> Polio-2</span></td> <td valign="top" width="80%"><ul> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">DTP-2 (DTwP atau DTaP) dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T)</span> </li> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-2</span> </li> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2</span></li> </ul> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="9%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">6 bulan</span></td> <td valign="top" width="11%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">DTP-3<br /> Hib-3<br /> Polio-3</span></td> <td valign="top" width="80%"><ul> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T)</span> </li> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan.</span> </li> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3 </span></li> </ul> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="9%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">6 bulan</span></td> <td valign="top" width="11%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Hepatitis B-3</span></td> <td valign="top" width="80%"><ul> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapat respons imun optimal interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.</span></li> </ul> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="9%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">9 bulan</span></td> <td valign="top" width="11%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Campak-1</span></td> <td valign="top" width="80%"><ul> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan program BIAS pada SD kl 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapat MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan</span></li> </ul> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="9%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">15-18 bulan</span></td> <td valign="top" width="11%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">MMR<br /> <br /> Hib-4<br /> </span></td> <td valign="top" width="80%"><ul> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapat imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bln</span> </li> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP).</span></li> </ul> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="9%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">18 bulan</span></td> <td valign="top" width="11%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">DTP-4<br /> Polio-4</span></td> <td valign="top" width="80%"><ul> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">DTP-4 (DTwP atau DTaP) diberikan 1 tahun setelah DTP-3.</span> </li> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-5</span></li> </ul> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="9%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">2 tahun</span></td> <td valign="top" width="11%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Hepatitis A</span></td> <td valign="top" width="80%"><ul> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Vaksin HepA direkomendasikan pada umur >2 tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.</span></li> </ul> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="9%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">2-3 tahun</span></td> <td valign="top" width="11%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Tifoid</span></td> <td valign="top" width="80%"><ul> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur >2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.</span></li> </ul> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="9%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">5 tahun</span></td> <td valign="top" width="11%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">DTP-5<br /> Polio-5</span></td> <td valign="top" width="80%"><ul> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)</span> </li> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5 </span></li> </ul> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="9%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">6 tahun</span></td> <td valign="top" width="11%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">MMR</span></td> <td valign="top" width="80%"><ul> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Diberikan untuk <i>catch-up imunization </i>pada anak yang belum mendapat MMR-1</span></li> </ul> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="9%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">10 tahun</span></td> <td valign="top" width="11%"><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">dT/TT<br /> <br /> Varisela</span></td> <td valign="top" width="80%"><ul> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Menjelang pubertas vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk mendapat imunitas selama 25 tahun.</span> </li> <li><span style="font-family: Arial; font-size: 85%;">Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.</span></li> </ul> </td> </tr> </tbody> </table>

Jadwal Imunisasi

Jadwal Imunisasi Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Periode 2004* (* Revisi September 2003) Vaksin Umur pemberian Imunisasi …

Read more »