http://cdn.klimg.com/vemale.com/headline/650x325/2013/07/27197-kesehatan-anak-dan-hewan-peliharaan-033655.jpg

Benarkah memelihara hewan dapat membuat si kecil belajar tanggung jawab? Bagaimana dengan penyakit yang ditularkan oleh hewan, apakah tidak berbahaya bagi si kecil? Lalu bagaimana jika si kecil suka hewan?

Sebagai orangtua, terkadang kita heran melihat tingkah anak-anak jika sedang bermain dengan binatang kesayangannya. Bahkan ada anak yang menangis tersedu-sedu ketika binatang kesayangannya mati. Ada hubungan yang unik antara anak dan binatang.

Mengapa Suka Hewan?
Barangkali Anda memiliki anak yang suka memelihara hewan tertentu. Padahal Anda sendiri tidak suka. Entah itu kucing, anjing, kelinci, hamster, ayam yang memang sudah biasa dipelihara. Atau bahkan binatang-binatang yang tak lazim seperti ular, iguana, monyet, tikus, bahkan… anak macan.

Selain lucu, bulunya yang halus, bentuk wajahnya yang iut, sebenarnya secara psikologis ada beberapa hal yang membuat anak-anak suka memelihara hewan. Olin Eugene Myers, Jr., seorang psikolog dari Western Washington University, Amerika Serikat mengatakan, ada beberapa faktor yang menentukan interaksi antara anak dengan hewan.


A. Reaksi Positif


Reaksi anak terhadap binatang tergantung respon awal mengenai binatang tersebut. Ini tentu saja akan didapat anak dari lingkungannya. Ketika seorang anak ‘berkenalan’ dengan binatang itu dengan cara positif, misalnya seekor anak kucing yang lucu dan lincah tiba-tiba mendekati anak Anda. Kemudian mereka akrab bercanda, si kucing juga nurut dibelai-belai, maka respon positif telah tertanam pada diri anak Anda. Maka jika anak Anda kemudian berniat memelihara kucing, Anda jangan heran.

Namun ketika kucing tesrebut tiba-tiba galak lalu mencakar anak Anda hingga berdarah, dan anak Anda menangis kesakitan sampai ia ketakutan jika dekat dengan kucing, maka telah terjadi respon negatif. Anak Anda tak akan lagi mau mendekati kucing, apalagi memeliharanya.

Ketika Anda mengajak anak-anak ke kebun binatang, tanpa disadari sebenarnya Anda telah menanamkan ‘kesan’ kepada anak-anak. Padahal mungkin tujuan Anda hanya ingin memperkenalkan binatang pada mereka. Respon positif anak-anak terhadap binatang itulah yang mendorong hatinya untuk mencintai binatang.

B. Tubuh Hewan Unik


Tubuh binatang yang lebih kecil dari tubuh anak, bentuk badannya yang unik, bulu yang halus atau tingkahnya yang lucu membuat anak-anak Anda ‘jatuh cinta’. Secara keseluruhan mereka bisa membelainya, menggendongnya dan menciuminya. Akhirnya anak akan menemukan kesenangan lain. Berbeda jika mereka membelai boneka sekali pun itu boneka binatang.

Semakin mereka merasakan kesenangan dengan membelai tubuh biantang kesayangannya, semakin mereka merasakan ada sesuatu ‘ikatan’ dengan binatang kesayangannya itu. Mereka merasakan keunikan dari binatang itu.


C. Ekspresi Balik


Ketika anak Anda membelai, mencium dan memeluk binatang kesayangannya itu, tentu saja si binatang ikut merasakan betapa ia disayang. Si binatang juga akan memberikan respon balik dengan gerak-geriknya. Ketika ia dibelai-belai, binatang itu akan diam manja. Ketika ia diajak bercanda, ia akan senang meloncat-loncat. Itulah ekspresi balik binatang melalui feeling-nya.

D. Saling Berinteraksi
Kucing ini membujuk anak untuk berhenti menangis:

Ketika seorang anak telah punya kesan positif dan merasa telah mendapatkan ‘sesuatu’ dari hewan peliharaannya itu, anak akan menganggap binatang peliharaannya sebagai ‘teman’. Mereka saling berinteraksi satu sama lain. Anak punya rasa kepedulian dan tanggung jawab menjaga binatang kesayangannya itu dan si binatang seolah-olah merasa punya ‘hutang budi’ pada tuannya.

Benarkah Bermanfaat?
Anak Jadi Lebih Peduli:


Secara psikologis, anak yang memelihara binatang jadi lebih peduli, lebih bertanggung jawab, juga lebih sayang. Tampaknya memelihara binatang ada sisi positifnya. Berdasarkan hasil penelitian, berteman dengan hewan mengajarkan anak tanggung jawab, mendorong tumbuhnya kepedulian, rasa solidaritas, pertemanan, keamanan, kenyamanan dan sarana menyalurkan kasih sayang.

Beberapa anak bahkan menggunakan binatang peliharaannya sebagai teman saat mereka bosan, kesepian, atau ketika sedang sedih. ahkan beberapa negara telah menggunakan binatang sebagai sarana terapi bagi anak-anak yagn sulit menjalani hubungan orang lain. Tapi, kata Myers, sebaiknya tidak memilih hewan-hewan yang tidak lazim seperti ular, iguana atau anak macan, kecuali orangtua memang sudah memeliharanya lebih dulu. Jadi, biarkanlah anak-anak Anda memelihara binatang kesukaannya.

Jika Anak Anda Memelihara Binatang



Pastikan bahwa binatang yang akan dipelihara bukan binatang buas dan bebas dari penyakit. Bawalah binatang tersebut ke dokter hewan untuk memastikannya. Secara berkala bawalah binatang tersebut ke dokter hewan untuk memastikan bahwa binatang itu sehat.

Ajari anak Anda untuk selalu menjaga kebersihan binatang peliharaannya. termasuk di mana binatang itu mengeluarkan kotoran, makan dan sebagainya.

Mintalah anak untuk memberi sendiri makan dan minum binatang kesayangannya. Tegaskah bahwa itulah konsekuensi jika ingin memelihara binatang.

Tekankan pada mereka bahwa binatang hanya ‘jembatan’ bagi mereka untuk dapat lebih baik bersosialisasi dengan orang lain


Sumber 
Diskusi lebih lanjut di SINI
Kalau artikel diatas bermanfaat, lebih baik anda berlangganan di bawah ini :


Post a Comment Blogger

 
Top